MEMAHAMI POLA PIKIR SISWA MELALUI PENILAIAN PENALARAN DAN PEMECAHAN MASALAH

Berpikir pada dasarnya adalah suatu proses mental. Berpikir adalah kegiatan mental yang melibatkan kinerja otak. Dalam  berpikir setiap individu menggunakan pola-pola pikir tertentu. Pola-pola pikir  dominan akan menjadi acuan utama seseorang untuk bertindak. Pola pikir dalam otak   menetap dalam pikiran bawah sadar. Pikiran bawah sadar adalah gudang dimana seluruh informasi disimpan. Pengamatan-pengamatan sejak masa kecil direkam secara permanen. Pengamatan yang direkam dalam pikiran bawah sadar inilah yang membentuk pola pikir seseorang. Rekaman bawah sadar  berasal dari lingkungan tempat tinggal. Beberapa pengaruh lingkungan yang terekam dalam pikiran bawah sadar seseorang bisa positif dan negatif. Pengaruh lingkungan tersebut diantaranya adalah lingkungan keluarga, lingkungan sosial, adat istiadat, dan lingkungan pergaulan seseorang. Semuanya direkam secara permanen dalam pikiran bawah sadar seseorang.

Untuk meningkatkan kemampuan berpikir  dalam semua aspeknya, NCTM (2000: 219) menyarankan agar guru banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat menggunakan penalaran induktif mereka dalam pola-pola dan membentuk konjektur (dugaan). Dalam kegiatan berfikir,kegiatan menghubung-bubungkan pikiran-pikiran itu diarahkan untuk memunculkan sebuah kesimpulan. Proses dalam akal budi yang berupa kegiatan menghubungkan satu pikiran dengan pikiran  atau pikiran-pikiran  lain untuk menarik sebuah kesimpulan disebut penalaran.(sidharta,2010:4)

Pada umumnya siswa masih mengalami kesulitan dalam penalaran, sehingga kemampuan berpikirnya belum berkembang optimal. Salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan penalaran yaitu  dengan menggunakan pembelajaran berbasis masalah. Menurut Tan (2003) dalam Rusman (2010: 229) merupakan inovasi dalam pembelajaran karena dalam Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) kemampuan berfikir siswa benar-benar dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis, sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji, dan mengembangkan kemampuan berfikirnya secara berkesinambungan. Pembelajaran berdasarkan masalah mengorganisasikan pengajaran disekitar pertanyaan dan masalah yang keduanya secara sosial penting dan secara pribadi bermakna pada siswa. Siswa dituntut untuk menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis, membuat ramalan, mengumpulkan dan menganalisa informasi, melakukan eksperimen , membuat inferensi, dan merumuskan kesimpulan.

Kemampuan penalaran  dan pemecahan masalah siswa terlihat dari indikator-indikator yang dicapai yaitu:

  1. Memperkirakan jawaban dan proses solusi
  2. Memberikan penjelasan dengan menggunakan model, fakta, sifat-sifat, dan hubungan.
  3. Menyusun argumen yang valid.
  4. Menyusun pembuktian langsung, tak langsung dan menggunakan induksi

Daftar Pustaka

  1. Hasibuan,J.J & Moejiono(2002). Proses Belajar Mengajar.Bandung: PT Rosdakarya offset.
  1. NCTM. (2000). Principles and Standard for School Mathematics. Reston: NCTM
  2. Rusman.2010.Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme  Guru. Jakarta: Rajawali Pers.
  3. Sidharta, Arief,B(2010).Pengantar Logika.Bandung:PT  Refika Aditama
  4. Sumarmo, utari. 2010. Berpikir dan Disposisi Matematik: Apa, Mengapa, dan Bagaimana Dikembangkan pada Peserta Didik. Artikel pada FPMIPA UPI Bandung. Tersedia (online) pada http://math.sps.upi.edu/?p=58.
  5. Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana
  1. Stiggins, Richard. J(1994).Student Centered Classromm Assessment.New York: Macmilan College Publishing Company.

Tinggalkan komentar